Book Review: High Noon

April 30, 2012

Kemarin itu aku lagi bosen banget terus memutuskan menambah koleksi ebook (meskipun yang belum dibaca masih numpuk banyak banget -.-). Kali ini ebook berasal dari author Nora Roberts. Selama ini kan aku baru baca karyanya yang sebagai JD Robb, jadi agak penasaran gitu gimana buku-bukunya sebagai Nora Roberts. Dan buku pertama yang aku baca berjudul High Noon.

 
Heroine di High Noon adalah seorang letnan kepolisian bernama Phoebe McNamara. Saat Phoebe masih kecil ia dan keluarganya (ibu dan adik laki-laki) pernah disandera oleh pria yang menyukai ibunya, dan menyebabkan ibunya menderita agoraphobia (takut untuk keluar rumah). Phoebe merupakan tiang dalam keluarganya, dimana ibunya dan putri kecilnya, Carly, selalu bersandar padanya, dan terbiasa selalu mengandalkan dirinya sendiri. And here comes our hero, Duncan Swift, dengan lesung pipit dan senyum manisnya, yang tidak mau meninggalkan Phoebe meskipun Phoebe berusaha menjauh. Masalah dimulai ketika Phoebe diserang dan hampir diperkosa di kepolisian. Setelah itu ditemukan bahwa yang menyerangnya adalah Arnold Meeks, rekan polisi yang membenci Phoebe. Meeks akhirnya ditangkap dan dikeluarkan dari kepolisian. Sampai disini aku mikir, “Kok cepet banget yah pelakunya ketemu”. Ternyata masalah nggak cuma berhenti disitu. Ada seseorang yang mulai mengirimkan bangkai binatang di depan rumah Phoebe. Lalu mantan suami Phoebe yang diledakkan di depan  mata kepala Phoebe sendiri. Dan puncaknya adalah David McVee, mentor sekaligus figur ayah bagi Phoebe, yang hamper mati karena ledakan di rumahnya. Phoebe pun harus segera menemukan pelakunya sebelum semua orang yang dicintainya menjadi korban.

Satu poin yang sama antara High Noon dan Eve Dallas series, yaitu heroine yang strong. Nggak tau itu cuma kebetulan atau memang semua heroine Nora punya karakter yang kuat. Tapi yang mengejutkan malah datang dari hero kita menurutku. Biasanya kan hero itu menonjol macho-nya, tapi beda dengan Duncan. Duncan itu lebih manis malahn image-nya. Dengan pembawaannya yang easy going, senyum manisnya, dia nggak mirip sama sekali dengan heroes lain yang terkesan macho. Tapi bukan berarti dia pria lemah. Sifat macho dan arogannya Cuma muncul sesekali disaat-saat yang sangat tepat. Jadi refreshing banget melihat karakter hero yang berbeda pada tokoh Duncan ini. Secara keseluruhan buku ini bagus lah menurutku, dan layak dimasukkan dalam list baca. Oh iya, buku ini ternyata juga sudah diangkat menjadi tv movie. Jadi kepengin liat deh >.<

So, ‘til next time folks!

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...